RESENSI
“RONGGENG YANG MALANG
DENGAN SEJUTA PENDERITAAN”
A.
LATAR
BELAKANG
1. Deskripsi
Buku
-Judul Resensi :Ronggeng Yang Malang Dengan Sejuta Penderitaan
-Judul Novel : Ronggeng Dukuh Paruk
-Pengarang : Ahmad Tohari
-Penyunting : Ipong Purnama Sidhi
-Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
-Tahun terbit : 1982
-Tebal : 408 Halaman
-Harga : Rp. 65.000,00
2. Ihtisar
Umum Buku atau Sinopsis
Ronggeng
Dukuh Paruk merupakan novel ketiga dari pengarang Ahmad
Tohari yang berasal dari daerah Banyumasan ini. Novel lain karya Ahmad Tohari
yang berjudul Lintang Kemukus Dini Hari dan Jantera Bianglala juga merupakan
satu trilogi tentang Ronggeng Dukuh Paruk. Ahmad Tohari tidak pernah melepaskan diri dari
pengalaman hidup kedesaannya.
Novel
ini mengambil setting pada tahun 1965-an di Banyumas yang merupakan sebuah
pedesaan yang masih kental dengan tradisi serta adat, pedesaan itu bernama
Dukuh Paruk. Semua orang di Dukuh Paruk menganggap Ki Secamenggala sebagai moyangnya. Konon Ki
Secamenggala menghabiskan riwayat dan menitipkan darah dagingnya didesa
itu.
Novel ini menceritakan tentang seorang gadis belia di
Dukuh Paruk bernama Srintil yang telah kemasukan roh indang Ronggeng. Ronggeng
merupakan sebuah simbol di Dukuh Paruk. Tanpa adanya seorang ronggeng, Dukuh
Paruk menjadi mati dan kehilangan jati diri. Maka, dengan masuknya roh indang
ronggeng kedalam diri srintil Dukuh Paruk akan menjadi hidup kembali. Untuk
menjadi seorang ronggeng yang sah, ada sejumlah upacara adat yang harus
dilakukan calon ronggeng. Sejumlah upacara tersebut harus diakhiri dengan malam
bukak klambu. Malam bukak klabu dibuka untuk umum dengan berbagai syarat yang
sudah dibuat oleh dukun ronggeng. Syarat-syarat tersebut harus dipenuhi oleh
seorang laki-laki yang ingin merasakan malam bukak klambu dengan Srintil. Teman main srintil yang bernama Rasus
adalah orang yang pertama kali merasakan keprawanan Srintil. Hal tersebut
sebenarnya bukan kemauan Rasus sendiri, melainkan kemauan Srintil yang dengan
terus-menerus memaksa Rasus. Setelah beberapa saat melakukan itu, tiba saatnya
laki-laki laki yang sudah membawa berbagai persyaratan itu mulai melakukan
bukak klambu dengan Srintil. Tak hanya satu laki-laki yang melakukan malam
bukak klambu dengan srintil. Dan akhirnya setelah berbagai upacara adat dan
malam bukak klambu selesai dilakukan, maka Srintil sudah dinobatkan menjadi
seorang ronggeng yang sah. Seorang ronggeng diatas pentas tidak akan menjadi bahan pencemburuan bagi
perempuan di Dukuh Paruk. Malah sebaliknya, makin lama suaminya bertayub dengan
ronggeng makin bangga pula istrinya. Perempuan semacam itu puas karena
diketahui umum bahwa suaminya seorang lelaki jantan.Jadi, sudah menjadi
kewajaran jika seorang ronggeng sering bertayub dengan laki-laki di Dukuh Paruk
maupun diluar Dukuh Paruk. Setelah mengetahui hal itu, Rasus yang pertama kali
merasakan kevirginan Srintil pergi meninggalkan Dukuh Paruk. Rasus tidak tahan
dan tidak rela melihat Srintil yang selama ini menjadi bayangan sosok emaknya,
bertayub dengan laki-laki yang tidak sedikit jumlahnya. Maka, Rasus memutuskan
untuk pergi meninggalkan Dukuh Paruk untuk melupakan Srintil. Selama
meninggalkan Dukuh Paruk, Rasus membantu seorang jurangan singkong yang amat
sangat kaya. Rasus tidak lama bekerja dengan Juragan singkong tersebut. Pada
suatu hari Rasus dibacawa oleh sekelompok orang berbaju hijau lengkap dengan
pistolnya. Rasus dibawa kesebuah markas dan disuruh untuk membantu pekerjaan
para tentara. Setelah beberapa lama, kemudian Rasus diangkat menjadi seorang
tentara dan diberi seragam berwarna hijau lengkap dengan pistolnya. Tidur dan
bertayub dengan para lelaki dari berbagai kalangan pun sudah menjadi keseharian
Srintil selama Rasus meninggalkan Dukuh Paruk.
Namun
menjelang akhir tahun 1965 di Dukuh Paruk terjadi suatu kegegeran politik. Sebuah
malapetaka besar datang melanda pedukuhan itu. Suatu masa yang tidak pernah
dimengerti oleh siapa pun di Dukuh Paruk. Suatu ketika sehabis rapat dimana
Srintil mengisi acara kesenian, ratusan penonton mabuk. Mereka kesurupan
kemudian beramai-ramai merojeng padi.
Mereka membabat padi disawah-sawah entah milik siapa. Malam yang amat rusuh
karena kemudian datang para pemilik sawah untuk mempertahankan padi mereka.
Kegaduhan pertama disusul oleh yang kedua, sebulan kemudian dan yang ketiga
pada bulan berikutnya lagi.dalam kerusuhan yang terakhir keadaan demikian
genting karena terjadi siang hari dan melibatkan ratusan orang dari pihak perojeng dan para pemilik sawah. Perang
pacul dan sabit hanya gagal karena polisi tidak datang terlambat. Yang sedang
terjadi adalah sebuah aksi massa, sebuah gerakan kaum miskin yang semakin lama
mengalami ketidakadilan. Tidak hanya itu, Srintil, kakek-nenek Srintil, dukun
ronggeng beserta penabuh calungnya pun ditangkap dan dibawa kepenjara. Setelah
sekian lama dipenjara akhirnya kakek-nenek Srintil, dukun ronggeng beserta
penabuh calungnya dikeluarkan dari penjara itu. Tidak lama kemudian Srintil
juga ikut dikeluarkan dari penjara itu. Dan setelah Srintil keluar dari
penjara, ia berniat untuk mengubah citra dirinya. Srintil ingin berhenti
meronggeng dan menjadi wanita somahan. Bahkan srintil juga mulai belajar
merawat anak Tampi yang bernama Goder.Selain itu, Srintil juga mulai berharap
ketika seorang laki-laki bernama bajus muncul dan memberi perhatian yang lebih
kepada Srintil. Namun, harapan itu muncul tidak
terlalu lama, Srintil kembali terpuruk setelah Bajus mengatakan bahwa
semua perhatian yang dia berikan kepada Srintil hanya sebatas teman.
Berbagai
kesengsaraan yang dialami Srintil pun tidak berhenti sampai itu saja. Setelah
dipenjara beberapa lama oleh orang-orang komunisdan dituding sebagai tahanan
PKI, Srintil kembali merasakan kesengsaraan yang amat sangat pedih. Godam
pertama yang mengguncangkan tiang kesadaran yang menopang akal budi Srintil,
yakni ketika dia mendapatkan kenyataan citanya menjadi istri Bajus adalah
sebuah pundi-pundi hampa. Sosok itu tentu masih bernama Srintil atau ronggeng
Dukuh Paruk. Namun faktor yang membedakan antara dirinya dengan segala jenis
satwa-akal budi dan kesadarannya sudah ghaib sedetik yang lalu. Srintil tidak
tahu lagi apapun dari segi keberadaan dirinya. Wajahnya mati, mata tak berkedip
dan mulut melongo. Wanita yang dulu menjadi pujaan para lelaki di Dukuh Paruk
maupun diluar Dukuh Paruk, wanita yang sangat dibanggakan oleh masyarakat Dukuh
Paruk, kini telah kehilangan jati diri dan akal budinya. Srintil bahkan sering
bergumam sendiri dan tertawa sampai terbahak-bahak dikamarnya. Bahkan dia juga
sering merobek bajunya. Sosok Srintil yang dulu sangat dieluh-eluhkan, kini
mulai tersudut. Sudah tidak ada perhatian dari semua orang yang diberikan
kepada Srintil. Kecuali hanya adaTampi,
Sakum, nenek Sakarya dan Rasus yang baru pulang menjalankan tugasnya
sebagai tentara diluar jawa yang masih mau merawatnya. Dan Rasuslah yang tetap
bertahan merawat Srintil dengan membawanya ke rumah sakit tentara.
B.
JENIS
Novel yang merupakan gabungan
cerita dari trilogi Ronggeng Dukuh Paruk ini termasuk jenis novel fiksi.
Saya memfokuskan
pembuatan resensi ini pada unsure ekstrinsiknya. Karena hal-hal yang paling
menarik dari novel ini terletak pada unsur ekstrinsik tersebut yaitu
sosial budaya yang masih kental dengan adat dan tradisi dilingkungan Dukuh
Paruk, serta pola pikir masyarakat setempat yang dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi. Hal ini dibuktikan dengan adanya
upacara-upacara yang harus dilakukan seseorang jika hendak menjadi Ronggeng.
Upacara adat tersebut tentunya berbeda dengan upacara adat dilingkungan lain.
Sehingga, hal
itu yang menurut saya paling menarik. Selain itu, pola pikir warga sekitar
Dukuh Paruk yang masih kolot menganggap bahwa seorang yang bisa dekat dengan
seorang Ronggeng hanyalah orang-orang kaya dan para petinggi maupun jajarannya.
C.
PENILAIAN
1. Kelebihan
Kelebihan novel ini terletak pada
penceritaan yang menyeluruh dari penulis mengenai lingkungan sosial budaya
dengan berbagai adat dan tradisinya, serta kesederhanaan yang tampak dari para
masyarakatnya. Hal Ini tentunya sangat memberi pengaruh besar terhadap saya
sendiri, karena saya bisa mempunyai gambaran umum tentang zaman yang masih dibayangi
dengan orang-rangg komunis. Selain itu, saya juga bisa mengetahui tentang
kesederhanaan masyarakat pada zaman itu yang makan hanya dengan tempe bongkrek.
Jika dibandingkan dengan film sang penari, novel ini jauh lebih menarik. Karena,
dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk penulis menceritakan segala sesuatu mengenai
lingkungan sosial budaya yang dijelaskan
dengan sangat mendetail dan jelas. Dan
jika dibandingkan dengan film Sang Penari sjauh lebih menarik novel ini. Karena,
penceritaan dan penggambaran mengenai lingkungan sosial budaya dalam film hanya sekilas
dan tidak menyeluruh. Mungkin karena
film Penari
juga hanya
mengadopsi salah satu cerita dari trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, yang
berjudul Lintang Kemukus Dini Hari sehingga penggambaran lingkungan social budayanya
kurang detail seperti penggambaran yang ada pada novel Ronggeng Dukuh Paruk.
2. Kelemahan
Kelemahan novel ini terletak pada penggunaan
bahasa. Dalam novel ini penulis
menggunakan bahasa yang tidak baik dan kotor. Selain itu penulis juga
menyelipkan tentang hal-hal yang berbau pornografi pada novel ini, seperti
halnya malam bukak klambu dengan para laki-laki yang
harus dilakukan seorang ronggeng. Jika dibandingkan dengan film sang penari, bahasa
masyarakat dalam film Sang Penari
masih lebih sopan. Walaupun masih ada satu atau dua bahasa yang masih kotor dan
tidak baik. Malam bukak klambu pun
dalam film sang penari juga tidak
ditayangkan fulgar seperti apa yang terdapat
dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk.
3. Kesimpulan
Menurut saya novel ini sudah sangat layak untuk
dibaca para pelajar, khususnya para mahasiswa. Karena dengan membaca novel ini,
kita akan lebih memahami budaya-budaya diluar
lingkungan kita dan kita juga bisa memiliki
gambaran tentang apa saja yang terjadi ketika
orang-orang komunis menyerang rakyat kita.